UJI KUALITATIF DAN KUANTITATIF KARBOHIDRAT
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat
mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa
dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang
mengandung gugus aldehida atau keto bebas. Semua monosakarida (glukosa,
fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa,maltosa), kecuali sukrosa
dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula
pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim,
dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula
pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama
reaksi diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitro
salisilat/dinitrosalycilic acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm.
Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula
gula pereduksi yang terkandung.
Secara alami, terdapat tiga bentuk karbohidrat yang terpenting,
yaitu monosakarida, oligosakarida (terdiri atas 2-10 unit monoskarida),
dan polisakarida (terdiri lebih dari 10 unit monosakarida). Contoh
monosakarida adalah glukosa. Contoh oligosakarida adalah sukrosa. Contoh
polisakarida adalah pati, amilum, selulosa, pektin, gum. Karbohidrat
sebagai polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton mempunyai kemampuan
untuk mereduksi suatu senyawa. Sifat reduktif ini terdapat pada gugus
hidroksil atom C nomor 1 untuk aldosa dan pada atom C nomor 2 untuk
ketosa
Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan kandungan
karbohidrat dalam bahan pangan, misalnya dengan cara kimiawi, fisik,
enzimatis, biokimia, maupun kromatografi. Penentuan kandungan
karbohidrat dengan cara kimia didasarkan pada reaksi oksidasi cupri
menjadi cupro. Metode penetapan secara kimia meliputi: luff schoorl ,
munson-walker, lane eynon , nelson-somogy , Oksidasi ferri ,Iodometri
(Sukatiningsih, 2010). Analisa karbohidrat dapat dilakukan terhadap
kandungan total karbohidrat, kandungan total gula, kandungan pati, serat
kasar, serat pangan, dan senyawa pektin. Semua senyawa karbohidrat
tersebut dapat menentukan nilai gizi pangan bahan sumber karbohidrat.
Pada penentuan karbohidrat dengan metode Luff Schoorl, yang ditentukan
bukan Cu2O yang mengendap tapi dengan menggunakan CuO dalam larutan yang
belum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah
direaksikan dengan gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan
menggunakan titrasi volumetri. Setelah diketahui selisih banyaknya
titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian dikonsultasikan dengan tabel
yang telah tersedia yang menggambarkan hubungan antara banyaknya Na2S2O3
dengan banyaknya gula pereduksi. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua
cara pengukuran yaitu :
1. Penentuan Cu tereduksi dengan I2
2. Menggunakan prosedur Lae-Eynon
Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh
komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden
yang menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh
pebuatan reagen yang berbeda.
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O.
Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan
I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada
dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena
kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan
kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium
(I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal
H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam
penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut
tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan
banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan
larutan standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum
yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi
membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik
ekivalen.
Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar
karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart
dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk
mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.
Persamaan
reaksinya:
R-COH + 2 CuO → Cu2O (s) + R-COOH (aq)
H2SO4 (aq) + CuO → CuSO4 (aq) + H2O (l)
CuSO4 (aq) + 2 KI (aq) → CuI2 (aq) + K2SO4 (aq)
2 CuI2 ↔ Cu2I2 + I2
I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + NaI
I2 + amilum → Biru
Penetapan sebelum inversi dilakukan untuk mengetahui jumlah gula
pereduksi yang terdapat dalam sampel. Penetapan inversi lemah dilakukan
untuk mengetahui jumlah disakarida yang tidak bersifat reduksi seperti
sukrosa. Penetapan sesudah inversi kuat biasanya dilakukan untuk
menentukan kadar karbohidrat pada poliskarida.
UJI KUALITATIF
- Digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi (monosakarida,
laktosa, maltosa, dll)
- Uji positif ditandai dengan warna merah bata
- Digunakan untuk menunjukkan adanya polisakarida
- Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru
- Amilopektin dengan iodin akan memberi warna merah ungu
- sedangkan dengan glikogen dan dekstrin akan membentuk warna merah coklat
Uji Tollens
uji ini dapat digunakan untuk membedakan senyawa-senyawa yang mengandung gugus
karbonil, -CO-. Senyawa karbonil ini dapat berupa aldehid, -CHO jika
gugus karbonilnya terletak di ujung (atom C nomor 1), dan dapat berupa
keton, -CO- jika gugus karbonil berada di tengah rantai C, atau paling
tidak pada atom C nomor 2. Karena sifat pengoksidasinya lemah, maka
tollens tidak dapat mengoksidasi senyawa keton.
Pereaksi tollens ini dapat dibuat dari larutan perak nitrat, AgNO3. Mula-mula larutan ini direaksikan dengan basa kuat, NaOH(aq), kemudian endapan coklat Ag2O yang terbentuk dilarutkan dengan larutan amonia sehingga membentuk kompleks perak amoniakal, Ag(NH3)2+(aq).